Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku
khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini
disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni
dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang
lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari
suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh :
Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung
Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
Contoh :
Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung
Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
- MENARIK SIMPULAN SECARA LANGSUNG
Penarikan secara langsung ditarik dari
satu premis. Dengan cara :
konversi, obversi, dan kontraposisi
konversi, obversi, dan kontraposisi
Contoh kalimat :
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )
-Semua pistol adalah
senjata berbahaya. (premis)
-Tidak satu pun pistol
adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
-Tidak seekor pun
gajah adalah jerapah. (premis)
-Semua gajah adalah
bukan jerapah. (simpulan)
- MENARIK SIMPULAN SECARA TIDAK LANGSUNG
Contoh :
- My : Semua siswa SDN Suka Jaya wajib mengikuti upacara
- Mn : Fajar Rizqy adalah siswa SDN Suka Jaya
- K : Fajar Rizqy harus mengikuti upacara
SILOGISME
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
JENIS-JENIS SILOGISME
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
1. SILOGISME KATEGORIAL
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis
yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Contoh: a. Premis Mayor: Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA
Premis Minor: Amira tidak
memiliki ijazah SLTA
Konklusi: Amira bukan mahasiswa
b. My: Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn: Adi adalah
mahasiswa
K: Adi lulusan SLTA
2. SILOGISME ALTERNATIF
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis
mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis
minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak
alternatif yang lain.
Contoh: My: Rina berada di dalam
perpustakaan atau luar perpustakaan
Mn: Rina berada
diluar perpustakaan
K: Jadi, Rina
tidak berada di dalam perpustakaan
3. SILOGISME HIPOTESIS
Silogisme yang terdiri atas premis mayor
yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
4. SILOGISME DISJUNGTIF
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya
merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik
yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis
mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor
adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·
Silogisme disyungtif
dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai
alternatif kontradiktif.
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
Ia tidak jujur (konklusi).
·
Silogisme disyungtif
dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai
alternatif bukan kontradiktif. contoh: Hasan dirumah atau dipasar (premis1)
Ternyata tidak dirumah (premis2)
Hasan dipasar (konklusi)
ENTIMEN
Silogisme ini
jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan.
Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
contoh entimen:
PU: Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK: Lita ingin sukses
K: Lita harus belajar dan berdoa
SALAH NALAR
Salah
nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini
terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih
dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
*Macam-macam Salah Nalar
1. Salah Nalar Induktif
- kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
- kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat
- kesalahan analogi
2. Kesalahan Deduktif dapat disebabkan karena:
- kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
- kesalahan karena adanya term keempat
- kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi
- kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
* Jenis-jenis Salah Nalar
a. Deduksi yang salah
Salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Misalnya: Pengiriman manusia ke bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa luar hanya penghamburan).
b.Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini disebut juga induksi yang salah karena jumlah percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus dicatat bahwa kadang-kadang percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga yang tidak ramah).
c .Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
Salah nalar ini berpangkal pada keinginan pada keinginan untuk masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Isi pernyataan itu jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak betul, tentu salah: jika tidak putih, tentu hitam.
Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil.(Apakah untuk menjadi terampil kita selalu harus bersekolah?).
d. Salah nilai atas penyebaban
Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia, penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah nilai atas penyebab yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebutpost hoc, ergo propter hoc ‘sesudah itu, maka karena itu’.
Misalnya : Swie King jadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King tentu juga didoakan para pendukungnya).
e. Analogi yang salah
Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).
f. Penyimpangan masalah
Salah nalar di sini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok yang lain, ataupun jika kita menyeleweng dari garis.
Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak perlu karena tanah di Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memiliki tanah).
g. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan
Salah nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung berkaitan, atau yang remeh, untuk membenarkan pendiriannya.
Misalnya, orang merasa kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah. Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga. (Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).
h. Argumentasi ad hominem
Salah nalar terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan bukan persoalannya. Khususnya di bidang politik, argumentasi jenis ini banyak dipakai.
Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena kekayaannya berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya).
i. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak kebenaran pokok masalah.
Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan demokrasi.
j. Non Sequitur Dalam argumentasi
Salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis yang tidak, atau hampir tidak, ada sangkut pautnya.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-2/ekiaan dan kepandaian merumuskan usul).
DEDUKSI YANG SALAH
Deduksi salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Contoh: Penanaman cabai di musim hujan hanya membuat rugi. ( Premisnya: Semua petani yang menanam cabai dimusim ( hujan hanya membuat rugi )
*Macam-macam Salah Nalar
1. Salah Nalar Induktif
- kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
- kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat
- kesalahan analogi
2. Kesalahan Deduktif dapat disebabkan karena:
- kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
- kesalahan karena adanya term keempat
- kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi
- kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
* Jenis-jenis Salah Nalar
a. Deduksi yang salah
Salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Misalnya: Pengiriman manusia ke bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa luar hanya penghamburan).
b.Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini disebut juga induksi yang salah karena jumlah percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus dicatat bahwa kadang-kadang percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga yang tidak ramah).
c .Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
Salah nalar ini berpangkal pada keinginan pada keinginan untuk masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Isi pernyataan itu jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak betul, tentu salah: jika tidak putih, tentu hitam.
Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil.(Apakah untuk menjadi terampil kita selalu harus bersekolah?).
d. Salah nilai atas penyebaban
Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia, penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah nilai atas penyebab yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebutpost hoc, ergo propter hoc ‘sesudah itu, maka karena itu’.
Misalnya : Swie King jadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King tentu juga didoakan para pendukungnya).
e. Analogi yang salah
Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).
f. Penyimpangan masalah
Salah nalar di sini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok yang lain, ataupun jika kita menyeleweng dari garis.
Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak perlu karena tanah di Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memiliki tanah).
g. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan
Salah nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung berkaitan, atau yang remeh, untuk membenarkan pendiriannya.
Misalnya, orang merasa kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah. Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga. (Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).
h. Argumentasi ad hominem
Salah nalar terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan bukan persoalannya. Khususnya di bidang politik, argumentasi jenis ini banyak dipakai.
Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena kekayaannya berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya).
i. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak kebenaran pokok masalah.
Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan demokrasi.
j. Non Sequitur Dalam argumentasi
Salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis yang tidak, atau hampir tidak, ada sangkut pautnya.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-2/ekiaan dan kepandaian merumuskan usul).
DEDUKSI YANG SALAH
Deduksi salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Contoh: Penanaman cabai di musim hujan hanya membuat rugi. ( Premisnya: Semua petani yang menanam cabai dimusim ( hujan hanya membuat rugi )
Sumber:
http://elishhaumahu.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif-dan-induktif.html
http://d13llo.blogspot.com/2011/02/penalaran-deduktif.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-2/
http://putrihesa.blogspot.com/2013/04/salah-nalar_16.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar