Minggu, 13 Oktober 2013

Tugas Bahasa Indonesia 2


Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh :
Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung
Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung

  • MENARIK SIMPULAN SECARA LANGSUNG

Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Dengan cara :
konversi, obversi, dan kontraposisi
Contoh kalimat :
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )

-Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
-Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)

-Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
-Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)

  • MENARIK SIMPULAN SECARA TIDAK LANGSUNG
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh :
- My : Semua siswa SDN Suka Jaya wajib mengikuti upacara
- Mn : Fajar Rizqy adalah siswa SDN Suka Jaya
- K :    Fajar Rizqy harus mengikuti upacara



SILOGISME

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).


JENIS-JENIS SILOGISME
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari; 
 1. SILOGISME KATEGORIAL
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh: a. Premis Mayor: Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA
                Premis Minor: Amira tidak memiliki ijazah SLTA
                Konklusi: Amira bukan mahasiswa 

b. My: Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
    Mn: Adi adalah mahasiswa 
               K: Adi  lulusan SLTA

 2. SILOGISME ALTERNATIF
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh: My: Rina berada di dalam  perpustakaan atau luar perpustakaan
            Mn: Rina berada diluar perpustakaan
            K: Jadi, Rina tidak berada di dalam perpustakaan

3. SILOGISME HIPOTESIS  
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

4. SILOGISME DISJUNGTIF
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·         Silogisme disyungtif dalam arti sempit

Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
contoh: Heri jujur atau berbohong.(premis1)
           Ternyata Heri berbohong.(premis2)      
           Ia tidak jujur (konklusi).

·         Silogisme disyungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. 
contoh:  Hasan dirumah atau dipasar (premis1)
            Ternyata tidak dirumah (premis2)
            Hasan dipasar (konklusi)

ENTIMEN


Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
contoh entimen:
PU: Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK: Lita ingin sukses
K: Lita harus belajar dan berdoa

SALAH NALAR 
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
*Macam-macam Salah Nalar
1. Salah Nalar Induktif
- kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
- kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat
- kesalahan analogi

2. Kesalahan Deduktif dapat disebabkan karena:

- kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
- kesalahan karena adanya term keempat
- kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi
- kesalahan karena adanya 2 premis negatif.


*
Jenis-jenis Salah Nalar
a. Deduksi yang salah
Salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Misalnya: Pengiriman manusia ke bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa luar hanya penghamburan).

b.Generalisasi yang terlalu luas

Salah nalar ini disebut juga induksi yang salah karena jumlah percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus dicatat bahwa kadang-kadang percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga yang tidak ramah).

c
.Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
Salah nalar ini berpangkal pada keinginan pada keinginan untuk masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Isi pernyataan itu jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak betul, tentu salah: jika tidak putih, tentu hitam.
Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil.(Apakah untuk menjadi terampil kita selalu harus bersekolah?).

d. Salah nilai atas penyebaban

Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia, penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah nilai atas penyebab yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebutpost hoc, ergo propter hoc ‘sesudah itu, maka karena itu’.
Misalnya : Swie King jadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King tentu juga didoakan para pendukungnya).

e. Analogi yang salah

Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).

f. Penyimpangan masalah

Salah nalar di sini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok yang lain, ataupun jika kita menyeleweng dari garis.
Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak perlu karena tanah di Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memiliki tanah).

g. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan

Salah nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung berkaitan, atau yang remeh, untuk membenarkan pendiriannya.
Misalnya, orang merasa kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah. Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga. (Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).

h. Argumentasi ad hominem

Salah nalar terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan bukan persoalannya. Khususnya di bidang politik, argumentasi jenis ini banyak dipakai.
Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena kekayaannya berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya).

i. Imbauan pada keahlian yang disangsikan

Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak kebenaran pokok masalah.
Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan demokrasi.

j.
Non Sequitur Dalam argumentasi
Salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis yang tidak, atau hampir tidak, ada sangkut pautnya.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-2/ekiaan dan kepandaian merumuskan usul).


DEDUKSI YANG SALAH
Deduksi salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Contoh: Penanaman cabai di musim hujan hanya membuat rugi. ( Premisnya: Semua petani yang menanam cabai dimusim ( hujan hanya membuat rugi )

Sumber: 

 http://elishhaumahu.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif-dan-induktif.html
http://d13llo.blogspot.com/2011/02/penalaran-deduktif.html 
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-2/ 
http://putrihesa.blogspot.com/2013/04/salah-nalar_16.html 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar