Sabtu, 17 Desember 2011

Krisis Merembet ke Italia


Krisis Merembet ke Italia

Efek domino krisis Yunani sudah menjalar ke Italia. Para pemimpin dunia pun mendesak Eropa menghentikan krisis di Italia agar tidak mengikuti Yunani terjebak semakin dalam pada krisis utangnya.
Masalah utama yang menghinggapi perekonomian zona euro adalah tumpukan utang yang terakumulasi selama bertahun-tahun. Politisi cenderung memanjakan warga dengan subsidi demi kepentingan perolehan suara dalam pemilu.
Masalah lain di zona euro adalah keberadaan sejumlah perusahaan negara yang tidak efisien. Semua ini telah membuat zona euro, julukan bagi 17 negara Eropa pengguna euro, menjadi kawasan yang terlilit krisis utang.
Sehubungan dengan itu, para pemimpin Eropa sekaligus ingin memperkuat IMF agar dapat membantu memecahkan masalah di Eropa. IMF diminta mengawasi program penyehatan ekonomi agar dana tak terus-menerus lari keluar dari zona euro.
Hanya saja, IMF diminta benar-benar serius dan lebih berani. Selama ini, IMF dikritik karena hanya berani jika berhadapan dengan negara-negara berkembang.
Pengaruh ke Indonesia
Terkait dampaknya ke Indonesia, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia Eddy Sugito menilai, situasi di Eropa pasti memengaruhi bursa saham global, termasuk di pasar modal Indonesia.
Ekonom senior dari Bank Pembangunan Asia, Edimon Ginting, mengingatkan, penyelesaian krisis Yunani bakal berkepanjangan, apalagi jika sudah mulai merembet ke Italia.
”Kalaupun solusi yang disetujui oleh Uni Eropa untuk penyelamatan Yunani dilaksanakan, proses implementasi akan memakan waktu yang lama. Persyaratan pengurangan defisit anggaran secara signifikan kemungkinan juga akan sulit dilaksanakan,” kata Edimon.
”Karena peliknya masalah, ada risiko yang ditakutkan, apalagi kalau persoalan krisis Yunani meluas ke negara negara lain di Eropa,” lanjut Edimon.
Berbicara soal dampak ke Indonesia, Edimon mengatakan, paling tidak akan ada dampak pada fluktuasi aliran keluar masuk dana karena ketidakpastian.
Oleh karena itu, Edimon menyarankan agar Bank Indonesia tetap mempertahankan langkah yang sudah ada, bahkan terus memperbaiki, untuk menghindari penarikan dana seketika dalam jumlah besar. Bank Indonesia juga sudah mengeluarkan beberapa aturan untuk mendukung peningkatan likuiditas dollar di pasar domestik ke depan.
Soal dampaknya ke sektor riil, krisis Eropa belum memberikan efek yang signifikan. Ekspor Indonesia masih tumbuh di atas 37 persen. Namun, ke depan, harus ada antisipasi atas risiko pengurangan ekspor ke Eropa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar